A.
Latar Belakang Tumbuhnya Kesadaran Nasional
Perasaan akan timbulnya nasionalisme
bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme
tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang
bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar
awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor,
baik faktor intern maupun faktor ekstern.
a. Sejarah
Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
b . Penderitaan Rakyat Akibat
Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa
penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et
impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan
bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia
muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan.
Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan dalam
bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan
kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
c .
Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih ingat dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur (rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas. Berikut ini contoh-contoh sekolah yang didirikan pada zaman kolonial Belanda. Lihat tabel 5.1.
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih ingat dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur (rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas. Berikut ini contoh-contoh sekolah yang didirikan pada zaman kolonial Belanda. Lihat tabel 5.1.
d . Pengaruh Perkembangan Pendidikan
Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e . Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam). Berikut ini akan dibahas sekolah-sekolah kebangsaan tersebut.
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e . Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam). Berikut ini akan dibahas sekolah-sekolah kebangsaan tersebut.
1 ) Taman Siswa
Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik dan menggembleng golongan muda serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat antipenjajahan. Taman Siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Meskipun menggunakan sistem pendidikan modern Belanda, tetapi Taman Siswa tidak mengambil kepribadian Belanda. Dengan demikian, anak didiknya tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Para guru Taman Siswa berasal dari para aktivis pergerakan nasional. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam melaksanakan proses pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan mempunyai arti filosofi tentang peranan seseorang. Berikut ini ketiga semboyan tersebut.
Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik dan menggembleng golongan muda serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat antipenjajahan. Taman Siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Meskipun menggunakan sistem pendidikan modern Belanda, tetapi Taman Siswa tidak mengambil kepribadian Belanda. Dengan demikian, anak didiknya tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Para guru Taman Siswa berasal dari para aktivis pergerakan nasional. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam melaksanakan proses pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan mempunyai arti filosofi tentang peranan seseorang. Berikut ini ketiga semboyan tersebut.
2 ) Ksatrian School
Ksatrian Institut atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun 1924 oleh Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah untuk memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi putera. Selain itu untuk menumbuhkan rasa harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Semboyan yang dipakai adalah “Mengabdi Masa depan Rakyat.”
3 ) INS Kayu Tanam
INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926. Tujuannya adalah untuk mendidik dan menanamkan tradisi semangat kerja dan kemandirian. Dengan kemandirian tersebut diharapkan golongan pemuda dapat menyadari akan arti pentingnya semangat nasionalisme sebagai modal perjuangan kemerdekaan. Asas INS Kayu Tanam adalah menolong diri sendiri.
f . Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang Cina
Ksatrian Institut atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun 1924 oleh Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah untuk memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi putera. Selain itu untuk menumbuhkan rasa harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Semboyan yang dipakai adalah “Mengabdi Masa depan Rakyat.”
3 ) INS Kayu Tanam
INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926. Tujuannya adalah untuk mendidik dan menanamkan tradisi semangat kerja dan kemandirian. Dengan kemandirian tersebut diharapkan golongan pemuda dapat menyadari akan arti pentingnya semangat nasionalisme sebagai modal perjuangan kemerdekaan. Asas INS Kayu Tanam adalah menolong diri sendiri.
f . Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang Cina
g .
Peranan Bahasa Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
h. Istilah Indonesia sebagai
Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain. Dalam tabel berikut akan diuraikan perkembangan penggunaan istilah Indonesia. Lihat tabel 5.3.
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain. Dalam tabel berikut akan diuraikan perkembangan penggunaan istilah Indonesia. Lihat tabel 5.3.
2.
Faktor Ekstern
Timbulnya pergerakan nasional
Indonesia di samping disebabkan oleh kondisi dalam negeri, juga ada faktor yang
berasal dari luar (ekstern). Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi
dorongan dan energi terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
Selama ini sudah menjadi suatu
anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol
superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu
ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan
bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan
Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah
Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan
nasional di Indonesia.
b . Partai
Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
c . Filipina
di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.
Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.
d .
Gerakan Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e .
Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
Masa pergerakan nasional di
Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa
pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1. Masa pembentukan (1908 - 1920)
berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie
Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana.
Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi
Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha
mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak
dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf
yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,
membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali
seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan
dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Kongres Budi Utomo yang pertama
berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini
dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang,
Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa
hal berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang
seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan
pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka
menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan
keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum dari
pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran
dasar Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul
dua
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi
Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili
kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.
Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun
1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik. Berikut ini beberapa bentuk
peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah
bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk
pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi
Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai
Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur
dari arena politik.
Pada mulanya Sarekat Islam adalah
sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada
tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi
pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan
SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota
yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas
ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI
(Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI)
didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan
H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam.
Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan
meteor dan meluas secara horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di
Indonesia. Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di
dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat
Islam menerbitkan surat kabar yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para
pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk
memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret
1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum.
Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik
pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan
muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun
mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis,
bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan
tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota
SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang
beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih
berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927
berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI
Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
IP didirikan pada tanggal 25
Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker,
Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan
untuk mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan
Eropa di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang
terjadi (diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang
Belanda campuran (Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya
kerja sama orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah
orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera
agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Di samping itu juga disadari betapa
pun baiknya usaha yang dibangun oleh orang Indo, tidak akan mendapat tanggapan
rakyat tanpa adanya bantuan orang-orang bumi putera. Perlu diketahui bahwa
E.F.E Douwes Dekker dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu
seorang Indo. Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang
secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia
merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua
indiers terhadap tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan
surat kabar ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk
membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. Tujuan dari partai
ini benar-benar revolusioner karena mau mendobrak kenyataan politik rasial yang
dilakukan pemerintah kolonial. Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913.
Saat itu pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya
Belanda dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan
diperingati juga oleh pemerintah Hindia Belanda. Adalah suatu yang kurang pas
di mana suatu negara penjajah melakukan upacara peringatan pembebasan dari
penjajah pada suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya. Hal yang ironis ini
mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een
Nederlander was’, Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M.
Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo
yang dimuat dalam De Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of
Vrees?, berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun
ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker turut
mengkritik dalam tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul
Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat, Pahlawan kita:
Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang
menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij
ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Namun pada tahun 1914
Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi
Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919.
Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar
Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga
mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan pendidikan
Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam perkembangannya, E.F.E
Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Latin.
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri
sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Pelopor pembentukan
organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para
mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji
Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah
untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari
Indonesia. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo
dan Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische
Vereeniging. Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara
Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme
semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson
tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah
(The Right of Self Determination). Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi
ini memiliki media komunikasi yang berupa majalah Hindia Poetra. Pada rapat
umum bulan Januari 1923, Iwa Kusumasumantri sebagai ketua baru memberi
penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi ini mempunyai tiga asas pokok
yang disebut juga Manifesto Politik, yaitu:
a. Indonesia ingin menentukan nasib sendiri,
b. agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dan
c. dengan tujuan melawan Belanda bangsa Indonesia harus bersatu.
a. Indonesia ingin menentukan nasib sendiri,
b. agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dan
c. dengan tujuan melawan Belanda bangsa Indonesia harus bersatu.
Kegiatan Indische Vereeniging
semakin tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah politik. Sejalan dengan
semakin meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk mengubah nama
organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah Hindia
Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada
tanggal 3 Februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). Semboyan “Indonesia Merdeka” sudah menjadi slogan
meskipun mengatakannya dengan Bahasa Belanda. Melalui media “Indonesia Merdeka”
dan kegiatan internasional, dunia internasional mengetahui aktivitas perjuangan
para pemuda Indonesia.
Berikut ini kegiatan-kegiatan internasional yang diikuti oleh PI.
Berikut ini kegiatan-kegiatan internasional yang diikuti oleh PI.
a. Mengikuti Kongres ke-6 Liga
Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris pada tahun 1926. Delegasi
Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
b. Mengikuti Kongres I Liga
Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin pada tahun 1927,
mengirimkan Mohammad Hatta, Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad Subardjo. Dalam
perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari pemerintah Belanda,
lebih-lebih setelah terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada tahun
1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat. Meskipun demikian, pada tanggal 25
Desember 1926 Semaun bersama Mohammad Hatta menandatangani suatu kesepakatan
yang dikenal dengan Konvensi Hatta-Semaun. Dalam kesepakatan itu ditekankan
pada upaya Perhimpunan Indonesia tetap pada garis perjuangan kebangsaan dan
diharapkan PKI dengan ormas-ormasnya tidak menghalang-halangi Perhimpunan
Indonesia dalam mewujudkan citacitanya. Cita-cita Perhimpunan Indonesia
tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan memerhatikan masalah sosial, ekonomi
dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan sejak
tahun 1925. Keempat pokok ideologi tersebut adalah kesatuan nasional, solidaritas,
non-kooperasi, dan swadaya.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas
dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti
Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun,
Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam
masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam
tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan mudah dilakukan karena ada
beberapa faktor berikut.
a. Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
a. Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah berhasil menyusup dalam
tubuh SI, jumlah anggota PKI semakin besar. PKI berkembang pesat. Berikut ini
ada beberapa faktor yang menyebabkan PKI berkembang pesat.
a. Propagandanya yang sangat menarik.
b. Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c. Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain.
d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
e. Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
a. Propagandanya yang sangat menarik.
b. Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c. Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain.
d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
e. Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika
pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan
tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas. Pada
tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia
karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI
telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam
pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di
tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari
pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI
dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan
kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
Berdirinya partai-partai dalam
pergerakan nasional banyak berawal dari studie club. Salah satunya adalah
Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di
Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene
Studie Club. Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang
kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk
menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat
pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi,
Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya,
PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
a. Pergerakan yang ada lemah
sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Untuk mengobarkan semangat
perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan
perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional,
dan perbuatan nasional. Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk
mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang
dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati
dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme. Kongres Partai
Nasional Indonesia yang pertama diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30 Mei 1928.
Kongres ini menetapkan beberapa hal berikut.
1. Susunan program yang meliputi:
a. bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka,
b. bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional.
2. Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah nonkooperasi.
3. Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, perkumpulan koperasi, dan sebagainya.
a. bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka,
b. bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional.
2. Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah nonkooperasi.
3. Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, perkumpulan koperasi, dan sebagainya.
Peranan PNI dalam pergerakan
nasional Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya pernyataan segala potensi
rakyat, PNI memelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI diikuti oleh PSII (Partai Sarekat Islam
Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische
Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut ini ada dua jenis tindakan yang
dilaksanakan untuk memperkokoh diri dan berpengaruh di masyarakat.
1. Ke dalam, mengadakan usaha-usaha dari dan untuk lingkungan sendiri seperti mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah, bank dan sebagainya.
2. Keluar, dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan Indonesia di Jakarta. Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial Belanda. Pengawasan terhadap kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan tindakantindakan penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno dengan kepiawaiannya melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia Menggugat”. Penangkapan terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro dan kontra. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai asas PNI yang lama yaitu self help dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial, sedangkan Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
1. Ke dalam, mengadakan usaha-usaha dari dan untuk lingkungan sendiri seperti mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah, bank dan sebagainya.
2. Keluar, dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan Indonesia di Jakarta. Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial Belanda. Pengawasan terhadap kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan tindakantindakan penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno dengan kepiawaiannya melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia Menggugat”. Penangkapan terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro dan kontra. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai asas PNI yang lama yaitu self help dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial, sedangkan Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI)
PPPKI dibentuk di Bandung pada
tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan organisasi-organisasi seperti
Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya
PPPKI yaitu:
a. menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
b. menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia; dan
c. mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
a. menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
b. menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia; dan
c. mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai
ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih kelemahan dan keretakan.
Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi
tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah menjadi dua yaitu
Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. Sejak
awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi
politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu
nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama
yaitu self help dan nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno
bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun,
karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah
melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun
1936 Partindo bubar.
Perjuangan radikal yang dilakukan
oleh PKI, PI, dan PNI mulai berakhir ketika pemerintah kolonial Belanda
melakukan penangkapan terhadap sejumlah tokoh PNI. Di samping itu pemerintah
kolonial di bawah Gubernur Jenderal de Jonge melakukan pengawasan yang ketat
terhadap organisasi-organisasi yang ada pada masa itu. Melihat kondisi tersebut,
para tokoh pergerakan mengubah garis perjuangannya. Dari yang semula radikal
dan nonkooperasi menjadi moderat dan kooperasi dengan menempatkan wakilnya
dalam volksraad. Salah satu organisasi yang bersifat moderat adalah Partai
Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada
tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya.
Asas politik Parindra adalah
insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi.
Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi,
jadi luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat
di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil
volksraad semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya
mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda.
Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda
mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh orang-orang bekas Partindo.
Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan
tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga menganut
asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
Pada tanggal 15 Juli 1936,
partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo Kartohadikusumo
mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan suatu
musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana
pemberian kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut
ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Adanya kekecewaan terhadap keputusan
pemerintah Belanda tersebut, atas prakarsa Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21
Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini ada
beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi.
a. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi
ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan
Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang
berdiri sendiri.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut
pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi
mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia Berparlemen terus
diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan nama
Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah
menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan. Namun, setelah
melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang mengecewakan
bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia
berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan
tersebut, sebab dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan
keinginan rakyat Indonesia.
12. Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam
modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H.
Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan
nama ini memiliki harapan dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan
pengabdian Nabi Muhammad. Tujuan yang ingin dicapai adalah:
a. memajukan pengajaran berdasarkan agama Islam, dan
b. memupuk keimanan dan ketaqwaan para anggotanya.
a. memajukan pengajaran berdasarkan agama Islam, dan
b. memupuk keimanan dan ketaqwaan para anggotanya.
Dalam rangka mencapai tujuan itu,
Muhammadiyah melakukan beberapa upaya berikut.
a. Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan kurikulum yang modern.
b. Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan rumah yatim piatu.
d. Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
a. Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan kurikulum yang modern.
b. Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan rumah yatim piatu.
d. Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah
menghadapi tantangan dari golongan Islam konservatif. Mereka melihat Muhammadiyah
begitu terbuka terhadap kebudayaan Barat sehingga khawatir kemurnian Islam akan
dirusakkan. Oleh karena itu para ulama mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun
1926. Gerakan NU dipelopori oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Gerakan Muhammadiyah
banyak mendapat simpati termasuk pemerintah kolonial Belanda karena
perjuangannya tidak bersifat konfrontatif (menentang). Dalam Kongres
Muhammadiyah yang
berlangsung dari tanggal 12 - 17 Maret 1925 di Yogyakarta, diperbincangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengajaran Islam, mass media Islam, dan buku-buku tentang Islam yang berbahasa Jawa.
berlangsung dari tanggal 12 - 17 Maret 1925 di Yogyakarta, diperbincangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengajaran Islam, mass media Islam, dan buku-buku tentang Islam yang berbahasa Jawa.
Di samping Muhammadiyah, gerakan
keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan bangsa antara lain, berikut
ini.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
Perkumpulan pemuda yang pertama
berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret
1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di
Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga
tujuan mulia (sakti, budhi, bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo
membuka cabang di Surabaya. Dalam rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan
sebuah majalah yang juga diberi nama Tri Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri
Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran
dasarnya.
a. Ingin menghidupkan persatuan dan
kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tri Koro Dharmo memiliki asas-asas
seperti berikut.
a. Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
b. Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
c. Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya Indonesia.
a. Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
b. Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
c. Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya Indonesia.
Organisasi kepemudaan lainnya yang
bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond,
Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI
(Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten
Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita
juga tidak mau ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari
Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan
sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi
Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap
yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri
didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang,
Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918. Tokoh
Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar
Kautamaan Istri di tanah Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan
perkumpulan wanita yang benafaskan Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian
pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di
Yogyakarta selain Aisyah juga ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo,
yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah
emansipasi. Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang
tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan
perkumpulan yang bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada
tahun 1917. PIKAT dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.
Dalam perkembangannya,
perkumpulan-perkumpulan wanita itu melaksanakan kongres yang dikenal dengan
‘Kongres Perempuan Indonesia”.
14.
Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas
dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah
organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,
Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh
keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini
menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan
menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan awal
dilaksanakan tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda
I, yang bertugas menyusun tujuan kongres. Diputuskan pelaksanaan kongres I
mulai tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah
membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat
hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Hal yang menjadi agenda
pembicaraan adalah tentang usulan bahasa Indonesia yaitu bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan. Mengenai usulan fusi untuk semua perkumpulan pemuda, tidak
ada keputusan. Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin
tergerak untuk menindaklanjuti dengan melakukan kongres berikutnya. Oleh karena
itu, setelah diawali pertemuan pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti
berikut.
Ketua : Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Ketua : Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II berlangsung sejak
tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II
diadakan sebanyak tiga kali rapat.
a. Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
b. Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
c. Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
a. Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
b. Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
c. Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
Di ruang utama gedung Indonesische
Clubhuis (rumah perkumpulan Indonesia), yang sejak tanggal 20 Mei 1974
ditetapkan sebagai gedung Sumpah Pemuda, Sugondo Joyopuspito membacakan hasil
keputusan Kongres (Mail Report No. 1066x/28 No. J/302-Eigenhandig) sebagai
berikut:
Kongres
menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan
untuk mencapai Indonesia merdeka. Pada malam itu juga, untuk pertama kali
diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh penggubahnya Wage Rudolf Supratman.
Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda 1928, pada tanggal 24 - 28 Desember
1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati pembentukan Komisi Besar Indonesia
Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi
semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di
Surakarta pada tanggal 31 Desember 1936 yang berhasil membentuk organisasi
Indonesia Muda (IM), yang merupakan fusi (peleburan) dari berbagai organisasi
pemuda di Indonesia. Asas IM adalah kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk
mewujudkan Indonesia Raya. Para anggota IM dilarang bekerja sama dengan
pemerintah Belanda (bersifat nonkooperatif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar